Bab 175
Bab 175
Bab 175
Dokter Patricia juga memegang semangkuk makanan obat yang telah disiapkannya dengan cermat di tangannya.
Dia meniup hawa panas yang ada di mangkuk itu dan tersenyum : “Kamu harusnya sudah sangat lapar kan? Saya membuatkanmu semangkuk makanan obat, didalamnya ada ubi rambat, Astragalus dan Tang–kuei, semua bahan ini membantu menambah qi, ayo dicoba.”
Asta bahkan tidak melihatnya.
“Dimana dia?”
“Siapa?” Dokter Patricia bertanya, “Dia? Kamu mencari Wilson? Wilson ada diluar ruangan, saya akan membantumu memanggilnya.”
Asta terdiam dan mata tajamnya menyipit dan terlihat menakutkan.
Dokter Patricia memanggil Wilson, dan saat Wilson melangkah masuk, dia sudah mendengar Asta yang berkata dengan serak. NôvelDrama.Org content rights.
“Dimana Samara? Kenapa dia tidak ada di sisiku?”
Wilson tersentak, seperti yang sudah dibayangkannya.
Sudah dia katakan kan!
Samara ini adalah sumber kehidupannya Asta, dan orang pertama yang ingin dilihatnya setelah sadar pasti Samara, bukan orang lain!
“Tuan, sakitmu sangat parah dan butuh istirahat.” Wilson berkata dengan kebas, “Nona Samara kalau terus berada disini juga sangat tidak leluasa, jadi dia tidak menemanimu.”
“Asta, apa kamu tidak tahu seberapa buruknya kesehatanmu? Kamu perlu istirahat dan minum suplemen sekarang, jika tidak, dengan fisikmu, konsekuensinya tidak terbayangkan!”
“Sudah cukup kalian bicara!”
Terlalu berbahaya!
Wajah Asta memang masih pucat, tapi aura gelapnya masih terasa sangat mengerikan.
“Segera panggil dia kemari, saya hanya mau melihatnya.” Asta berkata dengan tegas.
“Asta, kamu tidak boleh seperti ini...” Dokter Patricia mengigit bibir merahnya dan mencoba menghentikan Asta.
Detik berikutnya ....
Mangkuk kecil yang berisi makanan obat diangkat oleh Asta dan langsung dibanting ke lantai.
“Dokter Patricia, apa kamu tidak mengerti perkataanku?”
Dokter patricia melihat makanan obat yang dibanting di lantai dan merasa hatinya sangat tidak nyaman.
Asta selalu tidak peduli pada wanita manapun, termasuk dengan ibu kandung Oliver dan Olivia.
Ini pertama kalinya dia melihat Asta marah karena seorang wanita!
Kalau orang yang Asta sukai adalah Samantha, maka dia akan punya alasan untuk meyakinkan diri sendiri walaupun harus kalah.
Tapi kalau wanita yang Asta sukai adalah wanita yang wajahnya penuh dengan bintik–bintik itu, maka dia tidak akan pernah bisa menerimanya.
Wilson tahu apa yang dipikirkan Asta, dan diam–diam melangkah mundur untuk menjemput Samara.
Paling–paling nanti Dokter Patricia bisa meresepkan obat bergizi untuk Asta.
Tapi Samara, adalah obat bagi hati Asta,
Tidak lama kemudian.
Wilson menjemput Samara.
Dan Samara tidak datang dengan tangan kosong, dia membawa satu mangkok sup ayam herbal yang bergizi.
Beberapa hari ini dia melewati hari–harinya tanpa bisa melupakan pelukan erat Asta padanya.
Dia tidak bermaksud menyiksa Asta, tapi Asta menjadi seperti ini karena dirinya.
Samara berjalan di lorong dan berpapasan dengan Dokter Patricia.
Mata Dokter Patricia sangat halus, tetapi sorot matanya agak provokatif.
“Wilson, tolong aturkan supir untuk saya, saya akan kembali ke Kediaman Hill nanti.”
“Baik.”
Setelah Wilson pergi, tatapan Dokter Patricia ke arah Samara tiba–tiba menjadi lebih agresif.
“Saya sangat bingung, kamu juga bermarga Wijaya?” Dokter Patricia menyeringai dan menepuk pundaknya, “Hanya saja, kamu dan seorang lain yang bermarga Wijaya terlihat sangat berbeda,
seperti langit dan bumi...”
Samara tahu maksud Dokter Patricia adalah Samantha.
Ingin membuatnya merasa kesulitan dan mundur?
“Bukan urusanmu.” Mata coklat Samara menatapnya dengan tenang, “Tidak disangka, cucu perempuan dari Keluarga Hill hanya berani mengusikku saat tidak ada orang...”
Setelah berkata, Samara langsung melangkah memasuki kamar tanpa berbalik.
Dokter Patricia menatap Samara dan menggertakkan giginya dengan erat.
Wanita ini mengungkapkan semacam ketenangan dan kepercayaan diri, yang tidak ada hubungannya dengan penampilan, harmonisasi antara alis dan matanya merupakan perpaduan yang cantik, kecantikan itu bahkan tidak bisa dibandingkan dengan wanita seperti Samantha.