Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 35



GET IT Bab 35

Selena awalnya bingung kenapa Agatha bereaksi seperti itu, bahkan sampai terjatuh. Ternyata dia sedang menciptakan situasi saat ini.

Agatha sudah tahu bahwa Harvey akan datang, tidak heran anak kecil itu bisa muncul di sini, dan tidak heran juga Agatha bisa memeluk anak itu dan bahkan terjatuh sampai anak itu mungkin terluka!

Agatha begitu licik sampai rela menjadikan anak kecil sebagai alatnya. Semua itu dia lakukan hanya untuk mencapai tujuannya.

Saat melihat Harvest hampir mengenai tanah, gerakan Selena lebih cepat dari kesadarannya. Dia menangkap Harvest tepat waktu dan membiarkan Harvest terjatuh di tubuhnya.

Sebagian besar bebannya berada di lengan tempat Selena memasang kateter intravena. Dokter berulang kali memberi tahu Selena untuk tidak mengangkat benda berat, apalagi sampai melukai lengannya.

Ketika anak itu jatuh, Selena tidak memedulikan hal yang lain. Meskipun Harvest bukanlah anak kandungnya, tapi bagaimanapun juga anak itu masih sangat kecil. Selena bahkan tidak memikirkan tubuhnya sendiri.

Selena dengan cepat menukik ke tanah. Setelah beberapa saat, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa dari lengannya.

Ketika membuka mata dan melihat anak itu terbaring di pelukannya, anak itu sedang menatap dirinya dengan rasa ingin tahu. Selena akhirnya menghela napas lega karena anak itu baik-baik saja.

Harvey dengan cepat menghampiri, sedangkan Agatha segera bangkit dan memarahi Selena.” Nona Selena, aku tahu kamu membenciku, tapi Harvest hanya anak kecil. Kenapa kamu bahkan tidak bisa melepaskannya?”

Benar, di mata orang lain, Selena tampak sedang ingin melukai anak kecil.

Ini bukan pertama kalinya Agatha menjebak Selena. Selena terlalu malas untuk berdebat. Rasa sakit yang dia rasakan saat ini sangat menusuk sampai keringat dingin mengucur di punggungnya, bahkan bernapas pun terasa menyakitkan.

Harvey tidak menuduh Selena atas kejadian ini. Dia langsung berlutut dan menggendong Harvest, tapi Harvest tidak ingin pergi. Tangan kecilnya memegang kerah Selena, dia mengucapkan kata- kata yang tidak jelas karena merasa cemas.

Harvey menatap dingin ke wajah Harvest, membuatnya segera tutup mulut. Harvest menatap Selena dengan wajah tertekan, seolah dia ingin Selena memeluknya.

Agatha segera menggendong Harvest dari tangan Harvey, tapi anak itu terus menangis, seolah tidak ingin Agatha menyentuh dirinya.

“Harvey, Harvest maunya sama kamu.” Agatha lanjut berkata, “Aku membawanya ke sini khusus untuk bertemu denganmu. Aku tidak menyangka Nona Selena akan ....”

Harvey langsung memotongnya dengan nada tidak senang, “Aku akan mengantar kalian pulang.”

Selena tetap telentang. Dia ingin bangkit berdiri, tapi tubuhnya saat ini seperti sudah berusia tujuh puluh tahun. Dia terjatuh lagi dan tidak memiliki kekuatan untuk berdiri.

Harus ada orang lain yang memapahnya, jadi dia menatap ke arah Harvey dan berkata, “Harvey, tolong angkat....”

Harvey saat ini memandangnya Selena dengan dingin. “Aku pulang agak malam.”

Selena hanya bisa melihat sosok Harvey yang dingin, dengan senyum tidak berdaya di wajahnya. Harvey jelas sudah berubah.

Sebelumnya, meskipun Harvey tahu Selena pura-pura kesakitan, dia tetap akan menghampiri Selena. Sedangkan saat ini, Selena tidak sedang bercanda, tapi Harvey tidak lagi percaya padanya.

Sebenarnya ini tidak ada hubungannya dengan kepercayaan, memang pada dasarn

Harvey sudah berubah. pera an

Kepingan salju berjatuhan di wajah Selena, dia teringat saat di mana dia pertama kali berkencan dengan Harvey. Harvey memiliki kepribadian yang dingin.

Hari itu, kakinya sengaja terkilir dan dia duduk di tanah, menghitung di dalam hati berapa lama waktu yang dibutuhkan Harvey untuk menoleh ke belakang. Baru saja hitungan ketiga, Harvey

sudah berbalik dan berlari ke arahnya.

Untuk pertama kalinya Selena melihat kegelisahan di wajah pria itu. Dia memegangi lehernya dengan kedua tangan dan tersenyum manis. “Lain kali jangan jalan terlalu cepat.”

Sejak saat itu, setiap kali mereka berjalan bersama, Harvey selalu memegang tangan Selena dan berjalan berdampingan dengannya, tidak pernah meninggalkannya lagi.

Dan sekarang, Selena diam-diam menghitung dalam hati, “Satu, dua, tiga....” “Tujuh belas, delapan belas....”

‘Harvey, aku sangat kesakitan Bisa tidak kamu berbalik dan melihatku?” Nôvel(D)ra/ma.Org exclusive © material.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.